Hidupdi dunia ini menurut ajaran Islam yang benar adalah untuk mengharap ridho Allah. Dalam berdoa dengan mengikuti ajaran Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam yaitu "Rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hasanah waqina 'adzabannar" kita memohon untuk diberi kebaikan dunia dan akhirat. Seorangmukmin yang dalam bekerja berniat semata-mata karena Allah, mencari pahala dan sarana mendatangkan rezeki dari Allah akan hidup jauh lebih berkah, bahagia, dan tenang. Pimpinan Majelis Ar Raudhah itu menurutkan orang seperti tersebut hanya akan berharap balasan rezeki dan pahala dari Allah. "Kalau cari pahala dari Allah, kerja sebagai sematamata hanya mengharap ridho Allah, bukan pujian dari manusia selalu mencari eksistensi diri dan pujian dari Allah, bukan eksistensi di hadapan manusia karena hari ini tanggal ini jam ini takkan pernah kembali lagi dalam hidup kita Mari kita isi hidup kita yang singkat di dunia ini Makaseorang yang memiliki prinsip hidup mencari ridho Allah adalah mereka yang menuhankan Allah sekaligus memiliki prinsip Lailahaillallah. Dan siapa yang memiliki filosofi Lailahaillallah dan mengucapkan dengan ikhlas ( mengerti dari dalam hati ) Maka pasti ia akan masuk Syurga dan siapa diakhir kalamnya mengucapkan kalimat Lailahaillallah pasti masuk syurga ( Sabda Nabi Muhammad ). jadikeluasan hati dan merasa cukup dan mensyukuri terhadap segala nikmat Allah adalah sebuah jalan mencapai kebahagiaan yang hakiki bukan harta yang banyak jabatan yang tinggi,nama yang popular sebagai jaminan kebahagiaan kita,.seperti rumah tangga Rasullullah SAW kebahagiaannya bukan bergelimang harta tapi berdasarkan cinta kasih kelembutan hati dari beliau dan keimanan,mensyukuri segala Orangyang mencari ridho Allah akan berbuat baik dan tidak peduli dengan penolakan. Orang yang mencari ridho Allah akan husnuzan dengan amalnya. Sebab banyak amal sia-sia ketika pada hari kiamat sebab tidak ada niatan mencari ridho Allah. Demikianlah penjabaran saya tentang ridho Allah, semoga bermanfaat bagi kita semua. Komentar Sahabat Pamarta Hal yang berat dalam hidup ini adalah memulai sesuatu. Tetapi ada juga yang tidak kalah berat yakni berusaha kontinu melakukan usahanya." " Kerja ikhlas adalah membersihkan niat semata-mata untuk mencari ridho Allah." " Jalan untuk mendapatkan kesuksesan memang banyak. Tetapi untuk mendapatkan harta yang berkah kamu perlu Perjalanankumencari Ridho AllahSWT Jumat, 04 Mei 2018. Caraku mencintaimu. Caraku mencintaimu, adalah dengan menjaga diriku, memperbaiki agamaku, dan mengindahkan akhlaq-ku. Aku harap kau mengerti, dan tak menuntutku untuk mencintaimu dengan cara lainnya. Semoga Allah selalu limpahkan Rahmat dalam hidup yang fana ini Beribadahjuga ada ilmunya, agar ibadah diterima Allah SWT. Maka tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu niat yang benar ingin mendapat ridho Allah SWT. Kedua, Al Muttaba'ah yaitu beribadah sesuai dengan tuntunan. Ketiga, beribadah harus ikhlas mendapat ridho Allah SWT, terangnya. Sementara itu, Ma'ali Sofyan selaku Pimpinan Ranting Pemilihanpasangan hidup atas dasar cinta serta keikhlasan, sehingga pernikahan dilandasi rasa kerelaan dari kedua pasangan dalam rangka mencari ridho Allah dengan mengikuti sunnah. Awal pernikahan yang demikian dapat membentuk keluarga yang sakinah, karena kedua pasangan menjadikan agama sebagai landasan untuk saling mengikat diri dalam tali RsCt7. Jakarta, NU OnlineRidha artinya rela, mencari Ridha Allah artinya mencari apa yang membuat Allah rela pada diri manusia. Maka seseorang yang memiliki prinsip hidup mencari ridho Allah adalah mereka yang benar-benar menuhankan Allah sekaligus memiliki prinsip orang kerap bertanya bahwa apa yang dilakukannya mendatangkan ridha Allah atau tidak. Terkait hal ini, Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor KH M. Luqman menjelaskan tiga hal yang bisa dilihat apakah Allah ridha atau Luqman menerangkan, ridho Allah diketahui lewat, pertama, hal-hal yang diridhai oleh Allah, baik ucapan maupun perbuatan. “Lahir maupun batin,” ucapnya dikutip NU Online, Jumat 12/10 lewat menurut Direktur Sufi Center Jakarta ini, hati kecil manusia yang paling dalam akan bicara bahwa hal itu dirihai atau tidak.“Ketiga, tumbuhnya rasa yakin yang menghapus kegalauan, keraguan, dan ketakutan,” jelas Kiai Luqman. Fathoni Di penghujung Ramadhan ini saya ingin membahas tentang makna “ridho” kepada ALLAH yang sebenarnya. Memahami makna kata “ridho” ini penting karena sering kali kita selalu mendengar banyak ceramah yang mengatakan “kita harus mencari ridho ALLAH”. Apa sih arti ridho itu sebenarnya? kenapa menjadi hal penting dalam hidup manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat? Sering kali kata ridho ini dijadikan alasan penyebab sebuah kegagalan dalam mencapai impian, banyak orang lalu mengatakan bahwa ALLAH belum ridho dengan keinginannya sehingga apa yang diinginkan tidak dikabulkan alias tidak terwujud. Betulkah seperti itu cara memahami makna dari Ridho Allah yang sebenarnya? Padahal terwujud atau tidaknya keinginan seseorang adalah hasil dari pikirannya sendiri. Saya ingin memulai memahami makna kata “ridho” dari asal katanya dulu ya. Ridho berasal dari kata radhiya-yardha yang berarti menerima suatu perkara dengan lapang dada tanpa merasa kecewa ataupun tertekan. Sedangkan menurut istilah, ridho adalah menerima semua kejadian yang menimpa dirinya dengan lapang dada, menghadapinya dengan tabah, tidak merasa kesal dan tidak berputus asa. Menurut penjelasan arti ridho itu, maka sepertinya saya sering menulis di blog ini, di facebook bahkan di channel Youtube Cahaya kehidupan bahwa sesungguhnya tidak ada alasan bagi kita untuk marah atau kecewa terhadap sebuah kejadian karena semua kejadian yang kita alami adalah hasil keinginan sendiri. Bukankah itu sama artinya dengan ridho? kalau begitu ridho itu bukan dicari, bukan juga harus pergi ke tempat-tempat tertentu yang disebut suci atau disebut mustajab, melainkan adalah sikap kita dalam menyikapi sesuatu kejadian yang ada dalam diri kita. Sikap kita untuk tidak ngomel, tidak mengeluh, tidak marah atas semua kejadian yang ada, karena semua kejadian itu adalah hasil dari tarikan-tarikan kita sendiri. Itulah makna Ridho sebenarnya. Setelah bersikap ridho kepada diri kita maka baru langkah berikunya adalah mau mengubah pola pikir kita. Karena kalau pola pikir kita tetap saja maka pasti kejadian yang datang juga tetap-tetap saja. Mulai sekarang harap dipaham dan dikerjakan bahwa ridho itu adalah cara kita dalam menyikapi kejadian, dan ridho yang utama adalah menerima penciptaan diri kita sebagai manusia. Sudahkah anda ridho kepada penciptaan diri ini? Menerima dengan sepenuhnya bahwa kita adalah MANUSIA, dan MANUSIA adalah makhluk yang memiliki PIKIRAN, sehingga sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk menggunakan PIKIRAN. Kalau anda sering mengucapkan “saya ridho ya ALLAH”, maka harusnya dibarengi dengan sikap yang tidak ngomel, tidak perlu marah, tidak perlu sebel terhadap sebuah kejadian. Dan harus mau menggunakan PIKIRAN dengan benar. Karena diri kita sudah diciptakan sebagai MANUSIA, kalau anda tidak mau menggunakan PIKIRAN dengan benar maka itu artinya anda belum RIDHO kepada ALLAH. Jadi mengucapkan “saya ridho ya ALLAH” itu bukan hanya dimulut saja ya, tapi harus dibarengi dengan sikap dan perbuatan yang benar. Ketika kita ridho sepenuhnya atas diri ini maka PASTI Allah juga ridho, tentu ujung dari sikap ridho ini adalah kebahagiaan dan kenikmatan hidup. Coba deh anda buktikan apa yang saya tulis ini, karena saya sudah membuktikanya. Ketika hidup dijalani dengan ridho Tanpa komplain terhadap sebuah kejadian maka yang ada memang selimut kebahagiaan. Maka mulai sekarang Ridholah dengan dirimu, terimalah dirimu seutuhnya, terimalah bahwa dirimu adalah MANUSIA. Diterbitkan oleh firmanpratama Praktisi dalam hal pikiran bawah sadar, dan penemu metode Alpha Mind Control sekaligus Alpha Telepati. Dalam hal melakukan transformasi diri kepada klien, dilakukan dalam suasana santai dan penuh canda sehingga proses terapi tanpa disadari oleh klien. Lihat semua pos dari firmanpratama Assalamu’alaikum warahamtullahi wabarakatuh... Sahabatku Shariapreneur. Kami sapa para pengusaha yang membaca buku ini dengan sebutan shariapreneur atau para pengusaha syariah, yaitu mereka yang selalu kami do’akan untuk menjalankan bisnisnya sesuai syariah Allah dan juga menjadi da’i pengusaha yang menyampaikan kepada pengusaha lainnya untuk berbisnis sesuai syariah Allah. Sahabatku, buku hanya bisa menganjurkan hal-hal yang hebat, namun ia tidak pernah bisa melahirkan orang-orang hebat. Orang-orang yang teristimewa dalam ilmu dan amal, termasuk dalam bisnis tidak dilahirkan oleh bertumpuk-tumpuk buku hebat tentang bisnis yang ia baca. Mereka dilahirkan oleh kehidupan. Mereka belajar dan berkembang dari sekolah yang sebenarnya, yaitu sekolah pengalaman hidup terbaik. Baik berupa pengalaman diri pribadinya sendiri maupun pengalaman orang lain. Buku tentang cara berenang memang menguraikan cara dan teknik berenang yang baik dan benar, namun ia tidak dapat menjadikan orang yang tidak bisa berenang selamat dari tenggelam. Jika seseorang ingin bisa berenang, maka ia harus terjun ke air dan belajarlah berenang di dalamnya. Demikian pula mereka yang memiliki cita-cita menjadi seorang pengusaha sukses, ia tidak akan pernah menjadi hebat hanya karena ia membaca berjilid-jilid buku kewirausahaan entrepreneurship atau teknik pengelolaan bisnis yang sukses. Ia akan menjadi seorang wirausahawan yang dahsyat jika ia sudah terjun menjalankan usaha dan merasakan salah dan benar, gagal dan sukses, mencoba dan terus berusaha, belajar dan berlatih hingga ia mencapai kemampuan berbisnis terbaiknya. Namun demikian, sebuah buku tentang bisnis tetap dibutuhkan untuk belajar memahami berbagai hal terkait dengan bisnis sebelum benar-benar terjun ke dalamnya. Karena melalui buku yang benar seseorang dapat memahami konsep bisnis yang benar untuk ia terapkan dalam proses operasional usahanya. Shariapreneur Guiding Book ini disusun di saat begitu terbatasnya buku yang memberikan wawasan dan petunjuk panduan tentang bisnis yang diridhai Allah SWT. Dan juga disekeliling kita terus diliputi oleh bisnis-bisnis yang tidak peduli dengan halal ataupun haram. Saat inilah mungkin zaman yang digambarkan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya “Sungguh akan datang kepada manusia masa dimana seseorang tidak lagi peduli dengan cara apa ia mengambil harta, apakah cara itu halal ataukah haram”. HR. Bukhari Maka, kehadiran Shariapreneur Guiding Book ini menjadi sangat penting khususnya dalam membentuk karakter dan tsaqofah para pebisnis syari’ah shariapreneur agar dapat dengan benar menjalankan bisnisnya di atas jalan yang diridhoi Allah SWT. Shariapreneur Guiding Book ini disusun oleh penulis melalui proses pemahaman yang panjang dan praktek konsultasi bisnis syari’ah yang telah penyusun jalani selama lebih dari 10 tahun. Shariapreneur Guiding Book ini tidak diklaim sebagai kumpulan panduan terbaik, namun diharapkan menjadi sumbangsih berharga dalam membangun karakter dan tsaqofah para pebisnis syari’ah. Menunjukkan hukum-hukum syari’ah dalam menjalankan bisnis. Buku ini kami bagi ke dalam 8 buku. Masing-masing buku dapat berdiri sendiri untuk memecahkan persoalan syari’ah pada aspek bisnisnya masing-masing. Buku ini Ditulis Oleh Fauxan Al-Banjari dan Diterbitkan secara terbatas oleh KLINIK BISNIS SYARIAH - Banjarmasin - Kalimantan Selatan - Indonesia Selamat menyelami isi buku ini.